Krakatau Steel bukan sekedar dijual murah. Namun, Krakatau juga terbesar di Asia Tenggara
Saham PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) di mata investor asing maupun lokal selalu menjanjikan. Banyak pihak memburu saham perusahaan baja milik negara tersebut lantaran harga patokan Rp850 ketika penawaran saham perdana (IPO) dinilai terlalu murah. Tak pelak, sejumlah pihak atau ekonom menggugat keputusan itu ke pengadilan. Ekonom Dradjad Wibowo menilai harga Krakatau lebih murah ketimbang potensi perusahaan baja terbesar di Asia Tenggara itu.
"Baik dari perbandingan PER dengan perusahaan-perusahaan baja di China dan India yang nilai kapitalisasinya setara dengan Krakatau, maupun secara akuntansi dibandingkan dengan nilai investasi Krakatau-Posco," katanya.
Apalagi, jika dilihat dari momentum pasar, banjirnya arus investasi portofolio, oversubscribed-nya permintaan Krakatau dan prospek konsumsi baja nasional yang cukup besar.
Belakangan, Krakatau Steel dan Pohang Iron and Steel Company (Posco) telah membentuk usaha patungan (joint venture) yang selama ini tertunda.
Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Mustafa Abubakar, mengatakan penandatanganan pembentukan pabrik patungan itu dilakukan pada Rabu, 4 Agustus 2010 pukul 10.00 WIB. "Saat ini, kedua pihak tinggal memfinalisasikan joint venture dengan Posco. Besok siap tanda tangan," ujar Mustafa di Jakarta, belum lama ini.
Pemerintah Provinsi Banten juga mengungkapkan perusahaan baja asal Korea Selatan, Posco telah mengajukan proposal pembangunan pabrik patungan dengan Krakatau Steel. "Sudah ada proposal yang masuk dari perusahaan Korea," kata Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah di kantor Kementerian BUMN, beberapa waktu lalu.
Atut menuturkan, pembangunan pabrik baru di Cilegon, Banten, tersebut sebagai upaya mengembangkan kapasitas perusahaan baja yang sudah ada. Atut tidak menjelaskan lebih rinci mengenai proposal pembangunan pabrik patungan tersebut.
Untuk diketahui, Krakatau Steel adalah salah satu produsen baja terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara yang memproduksi baja lembaran canai panas (HRC) dan baja lembaran canai dingin (CRC), serta batang kawat baja yang didirikan pada 27 Oktober 1971.
Selama semester I-2010, pendapatan perusahaan baja pelat merah itu naik menjadi Rp9 triliun dibandingkan periode yang sama 2009 yang hanya Rp7,8 triliun. Namun, laba bersih menurun menjadi Rp997,8 miliar dibandingkan tahun lalu yang terbukukan Rp1,1 triliun.
Sedangkan Posco, merupakan perusahaan baja terbesar di dunia yang 70 persen sahamnya dimiliki pemerintah Republik Korea.
Selain itu, Posco merupakan perusahaan besi baja terpadu dan produser yang sejak memulai produksinya pada tahun 1973 telah berhasil mendorong industri Korea berpindah dari ketergantungan besi impor dan baja untuk pasokan dalam negeri.
0 komentar:
Posting Komentar